Jumat, 4 Juni 2021
13: 26
Di balik sesuatu tindakan, pasti ada sebuah alasan atau motif yang mendasari tindakan tersebut. Bahkan bila kita melakukan sesuatu dengan alasan, “ah, gak ada alasan tertentu, nggak, hanya iseng saja” – sesungguhnya iseng itu juga adalah sebuah alasan, lho.
Hari ini sebagai jawaban atas tantangan mingguan KLIP bulan Juni 2021 dengan tema: “Alasan kuatku menulis”, saya ingin berbagi alasan mengapa saya menulis.
Anggota KLIP yang membaca tulisan ini sudah pasti kenal seseorang berinisial RN. Saudari RN inilah yang mendorong saya untuk mulai menulis kembali dan bergabung dengan KLIP. Bisa dibilang, salah satu alasan kuat saya untuk terus menulis adalah karena RN ini konon memegang record mengumpulkan badge warna kuning.
Sebagai seorang adik dengan rasa sahabat, sudah lebih dari 20 tahun saya mengenal RN dengan segala kesehariannya, demikian juga dia mengenal saya. Dan sepengetahuan saya, RN ini (atas klaimnya sendiri, lho. Jangan marah ya kak RN 😘) adalah seorang pemalas! Sifat yang setali tiga uang dengan saya adiknya. Nah, kalau RN ini bisa menulis tiap hari, masak saya tidak bisa? Kan kami sama-sama pemalas? 😝
Berdasarkan dorongan inilah saya mulai menulis tiap hari. Dan berusaha sekuat mungkin untuk tidak bolos setoran KLIP, karena saya bermimpi untuk punya banyak badge kuning seperti saudari RN.
You are OUTSTANDING!
Hehehe, sungguh bukan alasan yang mulia ya? Untungnya semua cerita di atas hanyalah sebuah pengantar dan bukanlah alasan utama kenapa saya terus menulis. Mendapat badge kuning itu buat saya sendiri adalah suatu hal yang menyenangkan, tapi bukan yang terpenting. Mengalahkan RN dalam record badge kuningnya juga bukanlah tujuan saya menulis, karena hidup ini bukanlah sebuah persaingan.
Seperti judul di atas, saya menulis untuk menang. Menang bukan berkompetisi dengan orang lain, tetapi menang dari perjuangan saya melawan diri sendiri. Menang atas kemalasan diri sendiri, menang dari kelembaman jiwa, menang dari hati yang tidak termotivasi.
Menulis – challenge untuk membentuk kebiasaan baru
Table of Contents
Banyak ahli mengatakan, dalam membentuk suatu kebiasaan baru, kita perlu melakukan sesuatu secara konsisten setidaknya untuk 100 hari. Buat saya, menulis dan menyetorkan tulisan di KLIP adalah sebuah pembentukan kebiasaan yang baru.
Sejauh ini saya sudah kira-kira tiga bulan bergabung di KLIP – jadi kira-kira sudah 100 hari saya menulis hampir tiap hari. Kadang ada rasa ingin berhenti sejenak, bolos sehari. Tetapi saya tahu, sekali saya skip setoran menulis, akan sulit untuk kembali pada konsistensi yang baru terbentuk ini. Karena itu saya terus menulis, bukan untuk mengejar badge, tapi untuk mendidik diri saya disiplin, membentuk kebiasaan baru di dalam hidup saya.
Menulis untuk mendidik diri sendiri
Banyak baca, banyak tahu, tapi banyak lupa. Selain untuk melatih diri, menulis adalah tempat saya belajar. Saya banyak menulis renungan tentang topik yang baru saya baca atau saya dapatkan dari kehidupan. Pelajaran yang berharga namun sangat mudah terlupakan.
Dengan menuliskan pemikiran saya mengenai hal-hal tersebut, saya membuat catatan. Hal-hal ini akan terus berharga untuk dipegang dan dipelajari seumur hidup saya.
Menulis untuk membentuk karakter
Di saat saya menulis, saya belajar tentang banyak hal, dan juga belajar tentang diri saya sendiri. Saya berkenalan dengan segala perihal yang paling tersembunyi di dalam pikiran saya; hal-hal yang kadang tidak terbuka kalau tidak dituliskan.
Karakter saya dibentuk di saat saya menuliskan kerinduan saya untuk menjadi lebih baik. Atau di saat saya menuliskan kemarahan saya – saya diingatkan untuk memaafkan. Atau di saat saya bergumul dengan emosi saya dan menguraikannya di dalam tulisan, saya punya kesempatan untuk melihat hati saya dengan lebih lengkap.
Menulis melatih saya mengalahkan kemalasan. Menantang saya mengalahkan kebiasaan menunda. Merangsang saya untuk menjadi lebih produktif. Menulis adalah sebuah wadah di mana saya bisa duduk tenang, dan melihat siapa saya untuk kemudian belajar menjadi versi diri saya yang lebih baik lagi.
Menulis untuk menang
Tidak ada kemenangan yang lebih berharga daripada ketika kita bisa mengalahkan diri kita sendiri. Jumlah badge atau prestasi orang lain bukanlah tolak ukur keberhasilan diri kita. Keberhasilan orang lain bisa digunakan sebagai inspirasi, sebagai penyemangat, sebagai teman setia untuk berlari bersama dalam pertandingan memperbaiki diri.
Tapi kemenangan yang hakiki adalah ketika kita melihat kepada masa lalu, dan menyaksikan versi kita hari ini sudah menunjukkan progress dibanding seratus hari yang lalu. Kemenangan yang sebenarnya adalah ketika kita berhasil terus, saat hati mengajak kita untuk berhenti. Ketika kita tidak menyerah, ketika perjuangan belum terlihat menghasilkan.
Aku menulis untuk menang. Menang dalam perjuangan melawan diriku sendiri.
One thought on “Aku Menulis Karena Ingin Menang”