Tersesat Di Lelystad

Long time ago, ada seorang tukang kayu yang sangat miskin dan mempunyai dua orang anak: Hans dan Grietje (Hansel dan Gretel di dalam bahasa aslinya). Saking miskinnya, si tukang kayu ini tidak memiliki makanan lagi dan memutuskan untuk membawa anak-anaknya ke dalam hutan dan meninggalkan mereka di sana.

Esoknya sang ayah membawa Hans dan Grietje ke dalam hutan yang sunyi, lalu pergi sambil berkata untuk menunggu ayah datang kembali. Tentu saja, ayah tidak pernah datang. Ketika hari mulai malam anak-anak ini menjadi gelisah lalu memutuskan untuk mencari jalan pulang.

Di dalam hutan yang lebat dan gelap, mereka dengan segera tersesat. Untungnya mereka melihat sebuah cahaya kecil – sebuah rumah! Mereka selamat! Mereka pun segera lari ke sana, dan menemukan rumah yang tidak biasa. Ya, rumah yang istimewa… karena terbuat bukan dari batu atau papan, tetapi dari biskuit, coklat dan gula…

Hansel and Gretel

Hansel dan Gretel atau yang saya sebut sebagai Hans dan Grietje (itu nama mereka di dalam bahasa Belanda) adalah sebuah dongeng yang berasal dari Jerman. Dongeng ini bercerita tentang dua anak yang mencoba pulang ke rumah mereka, namun tersesat dan kemudian terjebak di dalam rumah seorang penyihir jahat. 

Penyihir ini kemudian mengurung mereka, lalu mencoba menggemukkan Hansel dengan tujuan untuk memakan anak laki-laki ini demi mempertahankan kekuatan sihirnya. Beruntung, anak-anak ini kemudian bisa meloloskan diri, si penyihir mati, dan mereka pun bisa pulang ke rumah.

Siapakah dari para pembaca yang penah tersesat? Di abad ke-21 ini apa iya masih ada orang yang bisa tersesat? Kan ada Google Map? Kan ada telepon? Kan ada papan petunjuk jalan? Kan ini jaman internet semua bisa dicari? Kan tinggal di negara maju? Kok bisa sih tersesat?

Jalan-jalan agak jauh dari rumah

Minggu ini adalah minggu terakhir anak-anak libur naik kelas. Karenanya saya gak mau rugi, memanfaatkan libur juga memanfaatkan Museum Card yang sudah dibeli mahal, kami harus jalan-jalan! Meskipun agak jauh dan Pak Suami tidak bisa ikut, saya sudah membulatkan hati untuk menyetir sendiri dan membawa anak-anak bersenang-senang.

Targetnya adalah ke Aviodrome, museum pesawat di provinsi sebelah. Tepatnya di kota yang namanya Lelystad. Nggak jauh sih, cuma 70 kilometer aja. Seperti jarak antara Depok dan Bogor lah. Tapi untuk emak-emak 40an yang SIMnya hanya seumuran pohon delima, pernah nabrak mobil orang, dan sering pingin pipis di jalan – menyetir sejauh itu bukanlah hal yang disambut dengan senang hati. Tapi ya namanya juga ibu ya, pingin menyenangkan hati anak-anaknya. Akhirnya berbekal niat, keberanian, dan doa sepanjang jalan, kami pun berangkat bertiga.

Perjalanan ke museum berjalan lancar. Sejam kami berjalan melalui jalan tol yang tidak terlalu sering dijalani, melewati padang yang luas dengan puluhan kincir angin, menikmati lagu klasik dengan diiringi anak-anak berseru, “Wah, indah sekali pemandangannya,” atau “Aku suka lagu ini, kamu suka juga atau tidak?”

Indahnya pemandangan di sepanjang tol. Provinsi Flevoland memang terkenal dengan banyak kincir angin. Image courtesy: energeia.nl

Semua terasa sangat sempurna seperti di buku cerita. Bahkan anak-anak yang biasanya cuek bebek saking bahagianya mau ke museum pesawat sampai mengeluarkan komentar-komentar dangdut begitu saking mau membuat emaknya bahagia. Karena mereka tahu, saya gak suka nyetir jauh-jauh dan cepat sutrisna.

Dibela-belain deh capek nyetir sendiri asal anak-anak senang seperti ini.

Handphone habis baterai

Waktu kami berangkat, handphone saya hanya 20 persenan baterai nya. Sambil dicharge di mobil naik lah sampai 30an. Di museum tentu saja kami berfoto, saya pakai HP juga buat hotspot sambil mengetik di laptop. Alhasil karena semua ini, HP saya pun habis baterai. Habis sehabis-habisnya sampai tiba-tiba menyerah dan mati.

Tapi karena kami sudah mau pulang, saya tidak terlalu cemas. Toh bisa dicharge di mobil, pikir saya. Manalah saya tahu bahwa ternyata itu adalah sumber malapetaka kami sore itu. Ternyata saking kosongnya baterai HP itu, dia tidak mau dicharge lagi! HP saya mati total!

Saya terdampar satu jam perjalanan dari rumah (iya sih gak jauh sebenarnya), tanpa HP, gak tahu nomor HP suami berapa, gak punya peta, dan beneran nggak ngerti jalan ke rumah itu gimana caranya.

Museum ini terletak di daerah antah berantah, yang mana jalan ke sana melewati jalan-jalan tak bernyawa. Hanya ada padang, kincir, pohon, dan tidak ada apa-apa lagi. Istilah Jakartanya tempat jin buang anak! Saya tidak akan bisa menemukan jalan pulang, kecuali ada peta!

Tempat jin buang anak. Kemana mata memandang hanya rumput dan pohon, gak ada rumah atau bangunan lain.

Belum lagi mempertimbangkan kalau terjadi apa-apa, bagaimana saya menghubungi suami? Kalau mobil kenapa-kenapa di jalan (dan saya pernah tabrakan), bahkan mau menghubungi ANWB (jasa memperbaiki mobil) pun tidak akan bisa. Dan saya bawa dua anak kecil!

Hampir menangis saya memutar otak, mencari akal harus berbuat apa. Akhirnya saya mengajak anak-anak kembali ke museum. Di sana kami minta tolong petugas untuk mencharge HP saya karena mungkin charger mobil kurang kuat. Sambil saya berusaha mengirim email ke Pak Suami untuk kasih tahu keadaan kami. Untung masih ada laptop waktu itu.

Harus berangkat

Setelah lebih 30 menit begini begitu, ketahuan ternyata HP saya tetap tidak bisa dicharge. Sekilas saya melirik meja petugas, ternyata si HP di-charge ke CPU komputer mereka. Putus asa saya bertanya, gak punya charger lainkah? Yang langsung ke tembok? Petugas pun menjawab manis, “Tidak ada bu… Tapi kami bisa print petunjuk jalan buat Ibu kalau mau.”

Suami saya pun tidak membalas email saya. Karena saya tidak tahu apa alamat email kantornya (dia baru pindah kerja), saya hanya bisa kirim ke gmail yang mana pasti tidak dia check tiap waktu.

Sudah jam 5 dan museum pun tutup. Saya harus pulang. Saya bilang sama si sulung kalau Mama harus ke toilet dulu. Jangan sampai sudah nekat pulang tanpa peta, saya kepingin pipis di jalan saking gugup dengan kondisi tidak menentu ini.

GOD, YOU ARE MY GPS!

Di toilet saya berdoa. Tuhan, aku gak tahu harus apa… aku beneran gak bisa melakukan ini sendirian. I really need Your help! Aku harus bawa anak-anakku pulang dan aku gak tahu jalan!

Sesaat saya seperti dihentikan mendadak. Hati nurani saya seperti bertanya, do you trust your phone more than your God? Bukankah Tuhan lebih besar kuasanya daripada sebuah peta? Kenapa kamu merasa aman kalau punya telepon dan peta, tapi tidak merasa aman padahal kamu tahu bahwa Tuhan ada bersama-sama dengan kamu?

Saya keluar dari pintu kamar mandi itu sambil berteriak di dalam hati, “God, You are my GPS! I trust You to take us home. I know You are a powerful God and You can bring us home even when I don’t know the way.”

Akhirnya kami pun berangkat pulang. Saya mengajak anak-anak berdoa sebentar di mobil lalu sambil memegang kertas dari si mbak museum saya pun menyetir mobil. 2 kilometer (2 menit perjalanan) belok kanan. 4 kilometer (6 menit perjalanan) belok kiri. Sambil sibuk melihat jam untuk memperkirakan yang mana belokan yang benar.

Tersesat

Setelah mengambil beberapa belokan sesuai petunjuk yang diprint mbak Museum, akhirnya saya pun berhadapan pada dua cabang yang tidak meyakinkan. Ragu, saya mengambil belokan ke kanan. Saya masuk ke jalan yang lebih kecil dan sepi dan seketika saya sadar bahwa saya sudah salah belok! Putar arah bukan pilihan karena jalan yang baru saya tinggalkan itu jalan satu arah. Saya butuh peta untuk bisa kembali ke jalan yang tadi😭😭😭.

Saya putuskan untuk terus jalan. Berharap ada keajaiban, ada rumah yang bisa didatangi untuk bertanya atau apapun lah. Tidak lama kemudian tiba-tiba saya melihat ada papan petunjuk: Rumah Pancake 700 meter. Saya langsung belok ke sana dan berharap bisa mendapat pertolongan.

Bukan restoran biasa

Beberapa ratus meter kemudian saya sampai ke sebuah bangunan dengan sebuah tempat parkir. Ternyata ini adalah dapur si restoran itu. Ada petunjuk: parkir untuk pengunjung 200 meter ke depan.

Papan penunjuk in the middle of nowhere yang membawa kami ke restoran ajaib

Ada seorang pelayan berteriak supaya saya tidak parkir di sini tapi di tempat parkir pengunjung. Saya menghentikan mobil dan menjelaskan kalau saya tersesat. Saya memberikan HP saya dan menjelaskan kalau saya butuh bantuan untuk men-charge HP langsung ke tembok kepada si pelayan ini dan dia pun masuk ke dapur membawa HP saya.

Karena ini restoran, saya memutuskan untuk makan saja di sini sambil menunggu nasib HP saya bisa dicharge atau tidak. Karena saya masuk melalui parkir belakang, saya tidak bisa masuk ke entrance restoran. Kami harus memutar dan masuk lewat pintu depan.

Anak-anak menunggu dengan sabar di dalam mobil. Mereka sudah tahu emak mereka itu tukang panik dan sudah mau nangis karena bingung. Si sulung bilang, “Mama, kita ini kayak di negeri dongeng ya… tersesat seperti Hans dan Grietje.”

“Iya nak, kita beneran kayak Hans dan Grietje ya… semoga kita gak tersesat ke rumah penyihir ya.” Jawab saya sambil menenangkan mereka.

“Ya Mama, lihat ini rumahnya kayak rumah penyihir.” Kata si sulung sambil menunjuk ke atap dapur.

Kami pun masuk kembali ke mobil dan memindahkan mobil ke parkir pengunjung. Dan bisakah kalian menebak apa yang kami lihat?

That’s so weird.

Hansel and Gretel

Hans en Grietje yang happy ending

Tuhan punya sense of humour yang aneh dan ajaib – karena kami ternyata tiba di restaurant yang namanya Hans en Grietje 😳!!!! Kami betul-betul tersesat dan sampai ke rumah sang penyihir! Untungnya alih-alih ketemu dengan penyihir yang mau makan si sulungku yang laki-laki, kami bertemu beberapa pelayan yang membantu kami keluar dari kesulitan ini.

Restoran ini sangat-sangatlah indah. Selain bangunan-bangunannya yang didesain dengan tema dongeng Hans dan Grietje, ada juga taman bermain yang luas dengan bermacam-macam mainan. Interior restoran dipenuhi dekorasi yang ‘magical’, yang hanya saya bisa lihat lewat pencarian di Google sewaktu sudah sampai di rumah karena waktu di sana saya masih terlalu galau.

Waktu di sana tidak terlalu memperhatikan, tapi restoran ini sangat indah! Image courtesy: toeristeninformatienederland.nl
Interior restoran yang unik dan magical. Image courtesy: volkskrant.nl

Akhirnya kami bisa pulang juga. Meskipun sempat ada kecelakaan si bungsu yang tertabrak orang di pekarangan restoran sampai berdarah bibirnya. Mas-mas pelayan restoran memberikan es krim untuk menenangkan si bungsu, dan mas yang lain menyerahkan HP saya yang sudah ter-charge 18 persen.

Dengan HP yang sudah sedikit terisi baterainya kami pun buru-buru pulang dan tidak jadi makan di sana. Kuatir HP tidak bisa di-charge lagi di mobil (siapa tahu charger mobilnya yang rusak), saya mengajak anak-anak untuk cepat naik ke mobil. Satu jam kemudian kamipun sampai di rumah, makan Chinese Food yang sudah dibelikan Pak Suami dan makan ice cream yang sudah saya pesan untuk dibelikan beliau sebagai penawar stress yang menjulang.

Doa kami didengarkan Tuhan. Dengan caraNya yang tidak biasa, Dia mengantarkan kami ke tempat di mana kami bisa mendapatkan bantuan yang kami perlukan. Bukan itu saja. Dia memberikan cerita yang unik untuk kami kenang. Anak-anak pun bisa melihat bahwa di saat kesesakan, Tuhan adalah menara pertolongan.

Dan saya? Saya diyakinkan sekarang, bahwa meskipun kita kehilangan hal-hal yang kita anggap crucial untuk melanjutkan hidup – asal ada Tuhan, Dia cukup bagi kita. He was my GPS and He will always be! Thank you God!❤

Catatan tambahan

Beberapa hal yang harus kita perhatikan sebagai emak-emak yang perlu meninggalkan rumah dengan anak-anak:

  1. Pastikan HP full charged sebelum berangkat.
  2. Punya powerbank dan jangan biarkan HP kosong baterainya sampai mati. Baterai yang terlalu kosong akan susah dicharge di mobil.
  3. Biasakan pelajari peta daerah yang akan dikunjungi dan hapalkan arah dan kota-kota di sekitar daerah itu. Masalah saya kemarin adalah saya tidak tahu nama kota yang ada di sebelah daerah museum. Harusnya saya bisa merujuk pada petunjuk jalan tol, tapi tentu saja karena kota tempat tinggal saya masih jauh dari situ tidak ada nama kota tempat tinggal kami di papan petunjuk. Yang ada adalah nama kota sebelah kota Lelystad (tempat museum itu berada). Harusnya saya tahu apa urutan kota-kota besar menuju ke rumah saya.
  4. Hapalkan nomor HP Suami dan HP orang-orang yang terdekat! Tidak punya HP itu luar biasa membuat kita lumpuh karena ternyata semua nomor pun tidak ada yang kita ingat.
  5. Yang paling penting dari semua: tetap tenang di saat kesulitan dan jangan lupa berdoa. Jangan lupa, meskipun tidak ada jalan, Tuhan adalah jalan yang kita perlu!

Semoga emak-emak yang membaca tulisan ini bisa aman jalan-jalan dengan keluarga ya!

16 Thoughts on “Tersesat Di Lelystad

  1. Menegangkan sekali pengalamannya. Dengan anak dan sudah sore.

    Tambahan tip untuk perjalanan: bawa dua power bank. Kalau2 satu kosong ada cadangan.

    Waktu tersesat dengan kami di Amsterdam (?) juga dengan anak-anak yang masih kecil, saya kira juga melelahkan…..

  2. Wah teteh menegangkan sekali pengalamannya! Ku juga jadi ikut panik. I feel you banget soalnya kalau panik ku juga nggak bisa mikir 😅 alhamdulillah semua aman ya

  3. Sebagai emak emak yang hobi jalanjalan ama bocah tanpa bapaknya ikut tegang bacanya, ikut lega pas akhirnya hp mulai terisi lagi. Sungguh seru dikenang, tapi ga mau terulang pasti yaa.

    1. Saya kalau dekat2 sih udah biasa, teh, gak bawa suami. Tapi kalau jauhan nyetir sendiri emang jarang karena malezz hihihi.
      Ini terkenang banget karena anak2 sukaaaaaaa bgt baca buku dongeng. Makanya ceritanya nempel hehe

  4. aku termasuk yang mengandalkan hp banget, makanya ga berani pergi tanpa hp penuh. tapi kalau ga nyasar ga nemu tempat bagus ya, sesekali nyasar gpp asal hepi ending hehehe

  5. Ya ampun, kejadiannya hampir mirip denganku. Hp habis batrei dan nggak bisa dicharge di tempat satpam. Jadi nggak bisa pulang naik taxi online. Akhirnya naik angkot deh. Saking paniknya sampai lupa kalau masih ada yang namanya taxi biasa yang bisa dicegat. Duh beneran ya, berbahaya sekali rasanya berada di luar sana tanpa hp atau jaringan internet. Aku pernah juga, bisa numpang nelpon ke suami untuk dijemput. Eh, akunya lupa nomor hp suami. Payah sekali.

  6. Sudah seperti petualangan beneran, saking menegangkannya. Syukurlah, ketemu restoran itu ya, Teh…
    Orang restorannya nggak keberatan walaupun nggak jadi makan di situ? 😯

    1. Nggak teh.. hehehe.. ini restoran plus tempat wisata gitu ternyata. Ada tempat bermain luas. Jadi pas kami ke parkiran pengunjung baru liat ada antrean panjang. Orang2 udah pada reservasi online.

      Aku yang baru mau reservasi baru bisa 1.5 jam lagi kalau mau makan di sana. Pas anakku jatuh dan tau kalau hp nya udah keisi dikit ya udahlah pulang aja.

  7. Seru banget pengalaman tersesatnya. Padahal waktu kejadian pasti panik banget yah. Mana di daerah yg sepi menjelang malam pula…
    Kapan-kapan mungkin beneran wisata ke sana Teh. Aku kok penasaran rasa pancakenya…hehe…kebayang kalo dikasih ice cream…Nyom…nyom…

  8. Waaaahhh… seru amat petualangan nyasarnya (walaupun pas kejadian mah pastinya panik dan stress bukan main).

    Besok-besok bakalan balik ke restoran itu gak? Kayaknya menarik dan bagus banget ya tempatnya. Bisa untuk wisata juga karena ada area bermainnya.

  9. teteh keren banget ini kisah perjalanannya
    duuuhhhh … itu pemandangan meni memanjakan mata ya masyaallah
    oya sebagai emak yang hobi nyetir jauh, i feel you lah kalau gak ada petunjuk jalan, namun sangat setuju bahwa petunjuk jalan dan penolong sesungguhnya adalah allah yang mahakuasa lagi maha pemurah
    salam jalan-jalan

  10. Kok bisa ya nyasarnya di resto hans & gretel, ya? Kocak bener 😄 sebelum pandemi aku biasa bawa anak2 jalan berempat aja ke jakarta/bandung. Sungguh seperti pindah rumah aja dan penuh dengan foto selfie yang nggak layak tayang krn ga ada yang bisa dimintai tolong memfoto kami 🤣 Jadi kangen jalan-jalan lagi💜

Leave a Reply to Shanty Dewi Arifin Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *