Salah satu hal yang menyebalkan dalam hidup di Belanda adalah cuacanya yang tidak pernah pasti. Di dalam satu hari, cuaca bisa berubah empat kali. Pagi cerah, siang hujan, sore matahari terik, lalu tiba-tiba mendung lagi, dan malamnya badai.
Adalah sebuah kebutuhan dasar untuk tiap pagi memeriksa prakiraan cuaca sebelum keluar rumah. Hal ini sangat menentukan tipe baju apa yang akan dikenakan. Lengan panjang? Lengan pendek? Rok? Pakai celana tebal atau tipis? Tetapi yang paling aman adalah memakai baju berlapis. Kalau cuaca dingin, kenakan semua. Kalau udara tiba-tiba panas, buka pakaian luar dan kita bisa mengurangi rasa gerah.
Mulai dua minggu ini udara sudah mulai dingin. Kami sudah memasuki musim gugur. Daun-daun masih hijau tapi tampak mulai menguning di beberapa tempat. Siput mulai berkeliaran, bergembira dengan udara dan tanah yang mulai basah. Ya, dan satu hal yang menandai musim gugur sudah datang: hujan.
Ini tidak berarti bahwa udara selalu dingin. Nggak begitu juga. Seperti tertulis di atas, tidak ada yang jelas dengan cuaca dan musim di negeri Belanda. Ketika musim panas hampir berakhir, tiba-tiba suhu turun drastis seakan musim salju sudah datang. Lalu seminggu kemudian, kembali terasa begitu panas seperti di gurun.
Jadi secara segi temperatur, awal musim gugur ini tidak terlalu dingin. Masih ada hari-hari yang panas. Masalahnya adalah hari panas dan hari dingin bergantian tidak menentu. Dan seperti menyetujui kelabilan suhu, hujan dan matahari pun datang dan pergi sekena hati.
Double rainbow
Table of Contents
Hari ini ya seperti itu. Hujan, lalu terik. Begitu bergantian setiap dua belas menit. Keluar dengan kepala kering dan masuk dengan tubuh basah kuyup. Apa yang lebih menyebalkan dari itu?
Kami pulang ke rumah dengan hati tidak keruan. Matahari bersinar terik padahal setengah langit tertutup awal gelap. Baru saja berjalan tiba-tiba hujan datang. Berlari-lari ke mobil, hujan berhenti. Duh, yang begini ini paling tidak menyenangkan.
Si bungsu pun berseru, “Mama, kalau hujan turun sementara matahari bersinar, berarti akan ada pelangi, bukan begitu?” (Well, kira-kira dia bilang begitu, tapi dalam in Nederlands, hehe) Saya mengiyakan sambil mengingatkan bahwa meskipun teorinya benar, tapi tidak setiap kali pelangi datang.
Waktu kami sampai di rumah dan sedang menurunkan barang-barang, hujan tiba-tiba turun lagi. Saya pun berlari sambil mendesak anak-anak supaya turun dengan cepat. Tapi si bungsu memanggil sambil berdiri di bawah hujan: “Mama, lihat ada pelangi!” Saya dengan cepat kembali keluar rumah, dan ya, di langit tampak pelangi!
Si bungsu bersorak gembira memanggil abangnya dan meminta saya memfoto pelangi temuannya. Saya buru-buru mengambil telepon dan membuat foto dan mendorong mereka masuk ke rumah. Semenit kemudian hujan berhenti lagi, dan si bungsu memanggil kembali.
Ternyata dia masih penasaran dengan si pelangi. Dan apa yang dia lihat? Double rainbow! Meskipun pelangi satunya sangat samar sampai hampir tidak terlihat, tapi toh tidak setiap hari kita bisa melihat dua pelangi di langit biru abu-abu.
Seberkas bahagia di balik kesusahan
Seperti cuaca yang ababil, hidup juga sering sekali tidak stabil. Di hari-hari di mana rasanya semua tenang dan cerah, tiba-tiba kita dihadapkan kepada masalah. Atau bahkan terkadang masalah timbul silih berganti, membuat kita bertanya-tanya, akan adakah hari cerah? Akan adakah hari di depan di mana saya tidak lagi hidup di dalam kesulitan seperti sekarang ini?
Tetapi persis seperti pelangi datang setelah hujan turun, justru rasa bahagia itu bisa dan semakin bisa dirasakan setelah kita mengalami kesusahan. Duh, pasti banyak yang tidak setuju ya statement ini. Masak sih saya harus susah dulu baru bisa bahagia?
Andai hidup kita terus lancar, terus sehat, keluarga yang hangat, pekerjaan dan keuangan tidak pernah ada masalah – bisa jadi kita tidak lagi terlalu menghargai berkat Tuhan di dalam kelancaran hidup kita. Banyak orang yang tidak lagi bisa bahagia ketika hidupnya sedang berada di ‘atas’, karena semua kelancaran tanpa kesusahan membuat hidup kita monoton dan akhirnya kita pun tidak lagi bisa menghargai kebahagiaan.
Manusia yang sudah jatuh dalam dosa
Sangatlah wajar bila kita semua menginginkan kebahagiaan yang tidak pernah putus. Hidup bahagia tanpa masalah – adalah kerinduan setiap manusia. Tetapi kita perlu ingat bahwa pada dasarnya akan selalu ada masalah karena kita hidup di dalam dunia yang sudah mengalami kejatuhan.
Pada waktu Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan untuk tidak memakan buah dari Pohon Pengetahuan, manusia masuk ke dalam kejatuhan. Artinya rancangan Tuhan akan dunia yang indah sudah rusak oleh dosa. Manusia menerima hukuman atas ketidaktaatannya: Adam perlu bersusah payah untuk mencari makan, Hawa mengalami kesakitan di dalam masa mengandung dan melahirkan, dan kita manusia ada di dalam permusuhan yang panjang dengan kejahatan.
Sebuah konsekuensi yang besar yang atas tindakan yang dilakukan oleh nenek moyang kita, dan yang dampaknya masih kita rasakan sampai sekarang. Hidup kita akan selalu diwarnai dengan kesusahan karena kita hidup di dalam dunia yang sudah penuh dosa. Itu adalah kenyataan.
Tetapi apakah kenyataan manusia berhenti di titik itu? Apakah kesusahan menjadi keadaan final bagi kehidupan kita?
Tuhan yang mengulurkan tangan dan memberikan kelegaan
Meskipun manusia pertama tidak patuh kepada perintah Tuhan dan akhirnya diberikan hukuman atas perbuatannya, Tuhan tidak meninggalkan mereka begitu saja. Tuhan membuatkan pakaian dari kulit binatang sebagai penutup dan pelindung bagi tubuh mereka yang terbuka – yang tadinya tidak perlu diperlukan, karena di dalam Taman Firdaus yang sempurna tidak ada rasa kedinginan dan rasa malu.
Tuhan membiarkan anak-anakNya menanggung konsekuensi atas perbuatannya: harus bekerja keras dan mengalami kesusahan – tetapi di saat yang sama Ia memberikan topangan dan kekuatan bagi manusia untuk melewati hidup yang keras itu. Bahkan Ia memberikan seorang Juruselamat bagi kita, agar hubungan manusia dengan Allah yang sudah terputus bisa kembali dipulihkan.
Habis hujan, terbitlah pelangi. Meskipun terkadang kita kesal karena hari kita tidak cerah dan di dalam hidup kita memenuhi kesulitan, yakinlah bahwa di balik awan itu, ada pelangi – kekuatan dan sukacita Tuhan yang dianugerahkanNya kepada kita semua.
Kesulitan kita tidak berlaku selamanya, ada Tuhan yang memberikan kelegaan - tepat di waktu-Nya. Amin.
Jalan hidup tak selalu
Tanpa kabut yang pekat
Namun kasih Tuhan Nyata
Pada waktu yang tepat
Mungkin langit tak terlihat
Oleh awan yang tebal
Di atasnya lah membusur
Pelangi kasih yang kekal
Habis hujan tampak pelangi
Bagai janji yang teguh
Dibalik duka menanti
Pelangi kasih Tuhanku