Kamu Manisnya Sporadis!

Dari jauh aku mengamatimu,
Seperti seekor kumbang mengukur waktu,
Akan aku sanggup menjalin kembali
Sesuatu yang tampaknya sudah pergi?

Angin berbisik: kamu sudah kembali manis,
Kamu tersenyum setelah hampir membuatku menangis.
Ah, tapi aku sudah cukup hafal tingkah lagumu yang agak magis,
Kamu memang manis, tapi manismu sporadis!

Andai aku masih seperti aku yang dulu,
Antara idealis dan lugu,
Andai aku masih dia yang mudah jatuh cinta,
Dan percaya akan kata-kata surga.

Mungkin aku tidak terlalu butuh waktu
Untuk lagi-lagi mengukur-ukur lagumu.
Sungguh-sungguhkah kamu kali ini?
Atau ujung-ujungnya begitu lagi?

Slogan, jargon dan semboyan yang bertabur,
Seakan pasir yang buyar ditabrak ombak yang berdebur.
Andai aku masih muda,
Pasti masih mau aku terbawa-bawa.

Sekarang aku sudah cukup berusia,
Sudah agak terlalu lelah dengan hal-hal yang tidak terlalu nyata.
Aku sudah tidak lagi terlalu idealis,
Mungkin karena lelah sering sinusitis.

Sebenarnya aku masih ingin kembali,
Merajut ulang tali-temali.
Bersama berjuang demi keluarga,
Tapi yang sekarang, apa yang aku terima?

Hanya asa, hanya asa,
Dan janji-janji semata.
Karena kamu memang manis,
Tapi manismu terlalu sporadis.

Andai kamu bisa konsisten,
Seperti putaran jarum jam yang mereknya paten.
Andai kamu bisa jelas-jelas saja,
Tanpa membuat aku meraba-raba.

Kamu memang manis,
Tapi sering terlalu sporadis.
Kadang kamu buat aku merasa seperti raja,
Lain waktu kamu cuek tidak mau menyapa.

Ah, andai aku tahu harus buat apa,
Seperti aku bilang, aku ini sudah tua.
Batinku ingin berjuang,
Tapi mataku sudah malas bolang-bolang.

Ingin aku cerewet,
Sampai mulutku melet-melet.
Tapi apa daya,
Aku tidak punya banyak tenaga.

Aku hanya ingin sebuah kepastian,
Seperti kumbang menanti jawaban.
Apakah kamu manisnya pasti,
Sepasti embun yang datang tiap pagi?

Bisakah kita mulai lagi,
Semua ini dengan bukti dan bukan hanya janji?
Supaya aku tidak tertunggu-tunggu,
Seperti lelaki tua yang terlalu lama duduk termangu.

Yah, sementara biarkan aku menanti,
Sampai tumbuh pucuk bunga melati.
Sampai aku yakin bahwa kamu memang manis,
Dan manismu tidak lagi sporadis.

Belanda, 12 April 2022.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *