Hari ini Bungsu kami naik panggung. Sekolah musiknya mengadakan ‘Blazersdag‘: pertunjukan musik dari semua murid alat tiup di sekolahnya. Ada fluit seperti si Bungsu, blokfluit alias recorder alias suling yang suka kita mainkan di sekolah dulu, saxophone, clarinet, dan trompet. Semua alat musik ini bergabung menjadi satu (itulah Indonesia, eh malah jadi nyanyi haha) memainkan lagu bersama-sama.
Sebenarnya ada hari serupa untuk si Sulung dua bulan lalu: vleugelsdag alias piano-day. Tapi sayangnya waktu itu kami semua terkena Corona dan tidak bisa meninggalkan rumah. Nggak jadi deh si Sulung performance.
Untuk pertunjukkan hari ini, si Bungsu sudah beberapa minggu mempersiapkan diri. Deg-degan juga apakah dia bisa atau tidak menghapal semua lagunya, apalagi sempat libur meivakantie selama dua minggu jadi tidak bisa les.
Semua alat musik mempersiapkan lagunya secara terpisah, baru hari ini mereka latihan bersama alat musik yang lain. Nggak tanggung-tanggung, mereka tadi harus latihan selama empat jam! Konsernya sendiri mulai jam 5 sore, tapi para pemusik sudah harus datang mulai dari jam 1 siang. Wadow 😆
Namanya orang Londo, ketepatan waktu adalah satu hal yang sangat penting. Eh pas hari ini pula si Bungsu mbalelo. Jam 12 kurang, tiba-tiba dia ngotot mau main sepatu roda! Astaga nak! Nggak ada hari lain kah??
Bolak balik saya menjelaskan kalau hari ini sudah terlalu penuh dan dia akan terlambat kalau mau main sepatu roda dulu. Tapi dia tetap nggak mau dikasih pengertian, dan menangis. Akhirnya terpaksa mengeluarkan kalimat sakti: terserah kamuuuuuuu! Pusing deh kepala Barbie. 😮💨
Akhirnya ya seperti dugaan, kami terburu-buru berangkat ke sekolah. Entah kenapa City Plaza penuh sekali hari ini. Yang biasanya kondisinya biasa-biasa saja, sampai-sampai harus mengantri waktu masuk parkirannya. Eh, kalau dipikir-pikir, biasa-biasa itu biasanya hari biasa sih 😅 (bingungin gak sih bahasanya haha). Kalau hari Sabtu mungkin memang biasa-biasa saja kalau macet. Kami memang jarang ke pusat kota kami di hari Sabtu, makanya agak kudet.
Akhirnya lari-lari lah kami sambil Emak bolak-balik berusaha menggunakan momen yang berharga ini untuk menekankan: lain kali kalau dikasih tahu sama Mama jangan ngeyel! Soalnya nggak enak nanti gurunya ngomel-ngomel kalau kita telat. Si Bungsu menjawab, “iya Mama, iya Mama.” Hihihi.
Kami terlambat 5 menit dan gurunya sudah menunggu di lobby. Karena saya belum sempat membekali si Bungsu dengan snack sesuai anjuran si guru (untuk dimakan di pause latihan yang panjangnya 4 jam itu), saya buru-buru ke supermarket di sebelah sekolah dengan niat menitipkan snacknya ke si Bungsu.
Waktu saya datang kembali ke sekolah, ternyata ruang kelas si Bungsu dikunci! Walah, padahal tadinya mau nyelip sebentar untuk ngasih kue dan buah. Saya memutuskan untuk menunggu di luar ruangannya, daripada si Bungsu kelaparan nggak punya makanan. Lima puluh menit kemudian keluarlah anak-anak kecil itu dari kelas. Mereka boleh pipis, lalu lanjut lagi! Astaga ketat banget gurunya!
Saya pun pulang ke rumah. Beberapa jam kemudian kami datang ke sekolah untuk menonton pertunjukan Si Bungsu. Duh, rasanya senang bisa kembali lagi masuk hall sekolah untuk menonton anak-anak. Pertunjukkan seperti adalah acara rutin per enam bulan dari sekolah musik anak-anak, tapi sejak Corona melanda banyak pertunjukkan yang harus dibatalkan.
Sewaktu kami masuk ke dalam ruangan, para pemusik sudah siap duduk membentuk setengah lingkaran di panggung. Untuk pertunjukkan pertama, para guru dengan alat musik tiup masing-masing memperlihatkan kebolehannya menampilkan dua lagu.
Satu hal yang menarik dari pertunjukkan para guru ini adalah guru blokfluit (recorder) dengan lincah memainkan sulingnya. Wah, baru tahu kalau suling ini bisa bermain lagu dengan range nada yang luas. Maklum, waktu dulu latihan lagu dengan suling di sekolah, cuma sampai lagu Ibu Kita Kartini saja dan nggak maju-maju, LOL.
Selanjutnya murid-murid les yang dibagi tiga grup bergantian tampil. Dimulai dengan grup 1: anak-anak yang masih duduk di level pemula. Bungsu kami termasuk di grup pertama ini. Dia baru mulai les fluit di awal tahun ajaran kemarin, bulan Agustus 2021.
Group pemula ini menyanyikan empat lagu: Union Street Express, Turkey Point Trot, 1 2 3 Hoedje van Papier, dan sepenggal reffrein dari We Will Rock You. Lagu-lagu sederhana yang durasinya hanya satu menit atau kurang, tapi mereka lakukan dengan sepenuh hati. ❤
Lalu selanjutnya grup kedua, gabungan anak-anak yang levelnya sudah lebih tinggi, dan diakhiri dengan grup ketiga: murid sekolah musik yang mungkin sudah duduk di bangku SMA. Yang menarik pertunjukan ini ditutup dengan grup pemain alat musik tiup profesional.
Saya sangat senang melihat mereka mau bermain musik di pertunjukan anak-anak seperti ini. Dengan adanya mereka yang menutup pertunjukkan, para murid les musik punya gambaran bagaimana mereka akan bisa bermain di hari depan.
Dua jempol untuk para guru yang mengorganisasi pertunjukkan malam ini, juga untuk anak-anak yang tabah berlatih selama 4 + 1 jam pertunjukan. 👍
Rasanya ya bangga dan sekaligus terharu melihat anak-anak yang masih muda ini bermain musik. Jaman dulu, tidak ada kesempatan sebesar ini untuk Mamanya si Bungsu. Semoga si Bungsu dan juga si Sulung terus bersungguh-sungguh di dalam memanfaatkan kesempatan bisa les musik dan juga menikmati bermain musik di dalam kehidupan mereka. ❤
Selamat ya Bungsu dan Mama, pastinya bangga dan terharu. Ikut mengaminkan doa mamah Dea untuk si Sulung dan Bungsu.
Kebeneran banget tadi juga baru dapat undangan konser orchestra dari sekolah, aku pun terharu Dea, akhirnya setelah 2 tahun lebih anak-anak bisa concert lagi.
Aku suka yang We Will Rock You, kerennnn. Tapi disana concert relatif santai kostumnya ya Dea, besok ini Cici harus formal dress hitam hitam haha. Padahal asik santai kaya gini.