Timing & Chunking Ala Emak Gampang Stress

Tema Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Maret 2023 ini adalah Life Hack yang Mempermudah Hidup. Apa sih Life Hack? Menurut Google, definisi life hack adalah a strategy or technique adopted in order to manage one’s time and daily activities in a more efficient way.

Belasan tahun menjadi IRT, saya belum mampu merangkul peran ini sesempurna IRT ala pinterest atau insta: rumah rapi, manajemen waktu sempurna, dan selalu bahagia.

Sebaliknya saya sering merasa stress, frustrasi, bosan dan segala negative feelings lainnya. Melakukan hal yang itu-itu saja: nyuci lagi, mungutin barang lagi, beres-beres lagi, masak lagiโ€ฆ semua hal yang berujung kata โ€˜lagiโ€™ are sometimes sooooo dreadful sampai saya merasa noooo, I can’t do this anymore! ๐Ÿ™ˆ

Hanya terjadi di dunia Canva: senyum-senyum lipat cucian ๐Ÿ˜†

Belum lagi ada rasa nggak produktif yang sering menghantui, karena selain pekerjaan rutin di rumah, tidak ada prestasi lain yang saya capai. Nggak ada buku yang berhasil dibaca, nggak ada karya yang dikerjakan, nggak ada yang bisa dibanggakan.

Tapi bukan manusia dong namanya kalau kita tidak belajar dari pengalaman. Dan dari pengalaman beberapa belas tahun menjadi IRT ini, saya belajar untuk mengatasi perasaan negatif saya dengan menggunakan beberapa metoda. Salah duanya adalah timing dan chunking.

Metode Pomodoro

Metode timing dan chunking ini adalah rekaan saya sendiri, tapi banyak terinspirasi dari beberapa sumber seperti buku Mindshift (Barbara Oakley). Di buku ini Oakley menjelaskan metode Pomodoro untuk meningkatkan efektivitas di dalam belajar.

Pomodoro sendiri berarti โ€˜tomatโ€™ di dalam bahasa Italia. Metode ini diinspirasi dari penggunaan timer dapur berbentuk tomat (timing). Dengan menggunakan timer, kita bisa mengukur dan mengestimasi kuantitas waktu untuk mengerjakan sesuatu.

sumber gambar: google.com

Di dalam metode Pomodoro, kita mengatur pekerjaan di dalam interval waktu dengan panjang 25 menit (chunking). Mengapa 25 menit? Beberapa penelitian menunjukkan kalau 25 menit adalah durasi ideal untuk fokus pada satu pekerjaan. Lebih dari itu, pekerjaan sudah tidak efektif lagi.

Setelah bekerja 25 menit, kita istirahat 5 menit: sedikit bergerak, jalan sebentar, ambil minum, cek email, dan lain sebagainya. Setelah 5 menit, otak kita akan merasa fresh dan siap untuk fokus kembali.

Timing dan Chunking di dalam kegiatan sehari-hari

Metode Pomodoro sangat bagus digunakan dalam bekerja dan belajar. Tapi dalam kenyataannya, metode ini tidak bisa setiap kali saya gunakan. Terkadang saya begituuuuu malas sampai-sampai jangankan bekerja 25 menit, 5 menit pun rasanya tidak sanggup!

Curiganya sih saya ini ADHD, karena susah fokus dan gampang sekali ter-distract. Sedang mengerjakan satu hal, sudah stress mikirin hal lainnya. Dan akhirnya semua terasa menumpuk, dan bukannya mulai bekerja, eh malah memilih lari dari kenyataan.

Untuk mengatasi hal tersebut, saya memodifikasi Metode Pomodoro menjadi sistem timing dan chunking yang disesuaikan dengan kondisi dan mood saya yang bervariasi. ๐Ÿ˜…

Berikut contoh penggunaan teknik timing dan chunking yang saya gunakan:

Timing

  • Waktu sangat malas, saya set timer 2 atau 5 menit untuk memaksa mulai bergerak. Saya katakan pada diri sendiri: โ€œdua menit doang, pasti bisa!โ€ Dari situ biasanya mood bekerja mulai terbentuk dan tidak terasa dua menit berlalu, lanjut 5 menit, 15 menit dan seterusnya.
  • Anak-anak juga terbiasa menggunakan sistem timing. Dengan timing, mereka bisa lebih membayangkan selama apa mereka harus melakukan sesuatu. Misalnya: 20 menit baca buku, maksimal 30 menit makan, 20 menit latihan piano, dan seterusnya.
  • Jangan tiba-tiba menyuruh anak-anak berganti aktivitas. Pasang timer dan katakan, โ€œDalam waktu 5 menit, kalian berhenti main game dan mulai sikat gigi,โ€ atau โ€œkita berangkat dalam waktu 10 menit.โ€ Metode ini terbukti menghindari banyak tantrum.
  • Perkenalan saya dengan timer sebenarnya dimulai di dapur: kompor listrik saya punya build-in timer. Dalam memasak, saya selalu menggunakan timer, misalnya: set timer 3 menit untuk memanaskan minyak sebelum menggoreng. 3 menit itu bisa saya gunakan untuk memotong bawang, membereskan piring dan lain sebagainya. Atau ketika saya harus menunggu sup mendidih – set timer 10 menit dan saya bisa meninggalkan kompor dengan tenang.
  • Timing juga saya gunakan untuk membaca, menulis, belajar piano, belajar bahasa dan lain sebagainya. Set the timer, bujuk diri sendiri bahwa 15 atau 20 menit itu tidak terlalu lama, dan paksa diri untuk fokus.

Chunking

Chunking adalah teknik membagi pekerjaan di dalam bagian-bagian lebih kecil.

  • Saat rasa malas mencekam, saya membujuk diri sendiri: bereskan 10 barang saja, atau cuci piring 10 saja, atau setrika baju 10 saja. Daripada panik melihat gunung cucian, 10 baju tidak terlalu menakutkan.
  • Saat membaca buku dengan tebal 200 halaman misalnya, saya membagi buku ini dalam 20 bagian: kalau saya membaca 10 halaman setiap hari, saya bisa menyelesaikan buku ini dalam 20 hari.
  • Membersihkan dapur atau kamar mandi adalah tugas yang tidak menyenangkan. Daripada menghabiskan waktu 1 jam untuk membersihkan kamar mandi, setiap kali saya mandi, saya membersihkan beberapa bagian. Misalnya hari ini: dinding shower kiri dan kanan, besok dinding belakang dan depan, besoknya lagi wastafel dan lantai.
  • Chunking juga bisa dipakai dalam memasak. Hari ini potong sayur/daging atau buat bumbu, besok baru dimasak.
  • Daripada depresi tidak bisa jalan 10000 langkah dalam satu hari, saya memilih berjalan 10 menit (bisa 1000 langkah, tuh!). Kerjakan yang lain beberapa jam lalu jalan 10 menit lagi.

Tools yang saya gunakan

Tentu saja di dalam timing dan chunking, timer adalah alat andalan. Timer favorit saya adalah timer yang ada di smart watch. Dengan menggunakan timer ini saya tidak perlu membawa handphone kemana-mana. Di timer ini sudah ada opsi 2, 5, 10, 15, 30 menit (bisa juga di-adjust dengan durasi yang kita inginkan). Dan setiap kali waktunya sudah habis, ada tombol repeat sehingga kita bisa langsung memulai timer dengan durasi waktu yang sama.

Kenapa beli smartwacth? Karena di sini ada timer-nya! ๐Ÿ˜† Jadi gak usah lihat handphone terus.

Timer andalan kedua adalah timer di kompor. Timer ini yang paling banyak saya gunakan untuk masak dan juga untuk mem-timing kegiatan anak-anak. Selain itu ada juga beberapa aplikasi timer dengan visual yang menarik yang membuat anak-anak lebih mudah membayangkan sisa waktu yang mereka punya.

Ada juga timer-timer lucu di website tools untuk sekolah. Waktu anak-anak masih balita, mereka senang sekali pakai timer ini.

Agenda kecil untuk mencatat jadual dan to-do list bisa membuat timing dan chunking semakin efektif. Dengan mencatat pekerjaan apa yang harus kita kerjakan, membaginya dalam bagian-bagian yang lebih kecil (chunking) dan mengalokasikan durasi waktu (timing), saya bisa mengatur target dan ekspektasi yang tidak berlebihan. Hasilnya saya bisa tidak terlalu panik, tidak terlalu stress dan lebih efektif dalam bekerja.

Sekian cuap-cuap saya hari ini. Semoga sharing saya tentang timing dan chunking ini bisa berguna juga ya untuk Mamah yang membaca!

9 Thoughts on “Timing & Chunking Ala Emak Gampang Stress

  1. Selama ini aku tu pakainya timer dari ponsel. Kayanya kok kepikiran juga punya timer digital terpisah ya. Guna banget emang sih. Cuma kalau yang di ponsel kadang suka iseng kepotong buka notifikasi dulu. Kacau deh jadinya.

    1. Iya mbak, aku kalau pakai timer dari HP bisa bablas jadi nonton drakor hahaha. Mending terpisah memang. Ada juga timer dapur tapi digital gitu bisa dibawa kemana-mana. Kami sempat pakai itu juga sampai rusak.

  2. Wah kak dip..menarik sekali.

    Kurang lebih metode kita sama kak.

    Kutakbisa hidup tanpa ceklist dan timer.
    Dan iya kak, saya jugร  curiga saya ADHd.

    Sampai harus ada buku khusus buat nampung dan nyatat lintasan pikiran atau ide biar bisa kembali fokus.

    Apalagi kalau lagi banyak deadline dan rumah lagi super berantakan, bangun kesiangan, ada anak sakit pula ceklist dan timer sangat membantu.

    Mantap kak tips2 nya.

    Saya juga menerapkan ini.

    Sikat kamar mandi dicicil,
    Tapi Klo Baju dihanger aja ga pernah dilipat, baju anak2 dibatasi jumlahnya dan masukin lgsg ke kotaknya..ga pernah dilipat.
    Biar piring kotor ga numpuk, anak2 saya biasakan cuci lgsg setiap habis pakai piring atau gelas. Dan jumlah piring dijatah dan dibatasi.

    Semangat kak dip. Semoga kakak sekeluarga sehat2 selalu di sana

  3. Kalau chunking kayanya aku udah sering nih, terutama kalau buat sambal atau sayur sop hehe. Nah kalau timing aku msh belum banyak coba, karena dulu sekali coba jd molor deh. Tapi bisa dicoba lagi

  4. Metode yang rapih dan terorganisir sekali, Mamah Dea. ๐Ÿ™‚

    Ya ampun, saya baru tahu istilah dari hal yang saya jalankan setelah baca tulisan Dea, ehehehe. CHUNKING, yang memipil jadi dikit-dikit. Saya sudah melakukan itu untuk membuat jus sayur dengan slow juicer, soalnya kalau langsung sekaligus, sudah teler duluan mbayanginnya, riweh dan ribet, plus lama. ๐Ÿ˜€

    Makasiiy banget Dea sudah ebrbagi life hacks-nya. ๐Ÿ™‚

Leave a Reply to Shanty Dewi Arifin Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *