Salam Kemerdekaan!
Table of Contents
Tepat di hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-46 ini – 17 Agustus 2021, saya ingin membagikan sedikit cerita tentang perayaan hari Kemerdekaan RI, atau yang biasa kita kenal dengan istilah perayaan 17-an.
17 Agustus merupakan momen yang berkesan untuk saya di masa kecil. Beberapa dekade lalu (iya, saya sudah tua, hehehe), saya dan kedua abang saya cukup aktif untuk ikut perlombaan tujuh belasan yang diadakan di RT, RW atau kelurahan di tempat tinggal kami.
Bendera merah putih dikibarkan beberapa hari sebelum tanggal 17 Agustus. Ayah saya bahkan memasang lampu warna-warni di sepanjang atap teras kami untuk membuat suasana lebih berseri. Berbagai lomba diadakan, dan pemenang dari lomba di lingkup RT akan dimajukan untuk berlomba di lingkup RW, dan finalnya sampai ke lomba tingkat kelurahan.
Lomba 17-an ini meliputi perlombaan anak-anak seperti lomba makan kerupuk, memasukkan paku ke botol, berjalan dengan kelereng di sendok, memasukkan benang ke jarum – sampai perlombaan olahraga seperti bulutangkis dan catur. Dan yang paling seru? Panjat pinang!
Puncaknya adalah perayaan 17-an di kelurahan. Panggung dihias meriah dan kursi-kursi disusun untuk menampung penduduk di balai kelurahan. Pertunjukkan yang diadakan dari persembahan warga seperti bernyanyi, menari atau membaca puisi. Puncaknya adalah pengumuman pemenang lomba 17-an.
Meskipun sudah lama berlalu, masih teringat bahwa kami boleh berjalan sendiri ke balai pertemuan tanpa orangtua. Ada banyak warga berkumpul di sana. Suasana sangat meriah dan kami boleh tetap ikut acara sampai malam hari. Sungguh kenangan yang sangat menyenangkan.
Sewaktu saya bertumbuh dewasa, entah bagaimana saya tidak terlalu mengikuti lagi perayaan 17-an ini. Ada rasanya masa di mana 17-an tidak lagi dengan meriah dirayakan di lingkungan kami. Atau di masa saya merantau untuk kuliah dan merasa canggung untuk bergabung dengan warga sekitar di tempat saya kost.
Berpuluh purnama kemudian, hidup membawa saya untuk tinggal di negeri orang. Perayaan 17-an menjadi semakin pudar. Tidak ada lomba, tidak ada perayaan. Ada juga upacara dan sedikit perayaan di KBRI. Tetapi selalu ada alasan untuk tidak bisa datang ke sana dan menghadiri. Semua kenangan akan lomba 17-an hilang, mengendap di dasar memori saya.
Sampai anak-anak kami mulai masuk sekolah, dan mereka mulai ikut acara perayaan Koningsdag (hari ulang tahun Raja). Di situ saya terkejut karena melihat banyak kemiripan di antara perayaan 17-an dengan perayaan Koningsdag di Belanda.
Well, tentu saja ini topik yang sedikit sensitif. Tetapi lepas dari masalah politik masa lalu dimana Belanda menjajah Indonesia, saya mau berbagi sedikit tentang permainan di Koningsdag yang mirip dengan permainan dan perlombaan 17-an.
Spijkerpoepen
Di Indonesia ini adalah permainan memasukkan paku ke botol. Saya kurang tahu apa namanya hehehe. Tapi di Belanda ini namanya spijkerpoepen – yang artinya pup (BAB) paku 😀 😀
Koekhappen
Kalau di Indonesia ini namanya lomba makan kerupuk. Di Belanda mereka tidak menggunakan kerupuk tapi onbijtkoek – semacam cake yang biasa dimakan di saat sarapan, dengan rasa penuh rempah pala, kayu manis dan lain-lain. Koekhappen artinya adalah makan kue.
Permainan ini bahkan dimainkan oleh keluarga kerajaan. Meskipun beritanya, mulai tahun 2015 sang raja Willem-Alexander tidak boleh lagi ikut perlombaan ini.
Zaklopen
Alias balap karung. Zak artinya kantong, lopen itu artinya berjalan/berlari. Sama seperti lomba lainnya, zaklopen juga merupakan tradisi yang sudah beratus tahun umurnya. Diberitakan bahwa sebenarnya balap karung ini termasuk salah satu caban olahraga Olimpiade di tahun 1904 di Amerika.
Ei en lepel
Telur dan sendok, begitulah terjemahannya. Permainan ini adalah variasi dari lomba kelereng di sendok di Indonesia. Biasanya ei en lepel ini lebih sering dimainkan di hari Paskah, dan dimainkan oleh anak-anak balita. Tetapi telur juga bisa digantikan dengan kelereng untuk anak yang berusia lebih besar.
Mastklimmen
Di Indonesia namanya panjat pinang. Di Belanda namanya panjat tiang – mast artinya tiang di kapal layar. Sebuah olahraga yang dijadikan permainan. Permainan ini sudah dicatat dalam perayaan beberapa ratus tahun yang lalu. Mungkin ada hubungannya dengan fakta bahwa Belanda cukup kuat di bidang pelayaran dan orang-orangnya banyak yang handal memanjat tiang layar di kapal.
Permainan ini tidak umum lagi ditemui di sini di dalam perayaan Koningsdag. Permainan panjat tiang ini lebih sering diadakan sebagai sebuah festival khusus memanjat tiang.
Penutup
Tentunya beberapa kemiripan di antara perlombaan Koningsdag di Belanda dengan perayaan 17-an di Indonesia terjadi karena dua negara ini berbagi sebuah sejarah dalam kurun waktu yang sangat lama. Meskipun menemukan lomba yang mirip di sini, tetap saja rasanya rindu terbang ke masa lalu dimana bisa berkumpul dengan keluarga dan teman-teman dan merayakan hari kemerdekaan bersama.
Sungguh besar rasa syukur yang saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa bahwa negara kita sekarang boleh bebas berdiri sebagai bangsa yang merdeka. Lepas dari penjajahan bangsa lain yang ingin berkuasa atas kita.
Semoga kita pun sebagai warga di jaman kemerdekaan ini bisa menjadi warga yang membebaskan sesamanya dari segala bentuk penjajahan.
Catatan tambahan
Tulisan ini dipersembakan untuk mengisi tantangan menulis mingguan KLIP periode 16 – 22 Agustus 2021 dengan tema: “Rayakan Kemerdekaan“.
lengkap!
Koq lupa perayaan Hari Kemerdekaan RI dengan teman sekantor di Singapur? Saya kira upacara itu walau sederhana tetapi membanggakan.
Hahaha…kok tau2 bisa sampe sini.. dari mana dapat linknya??🤩 iyaaa ingat tadi pas lagi liat Fb lagi. Tentu bangga dong surbanians kan nasionalis.. pa kabar Puch?
Di sekolah Yacob dulu, sudut halaman kiri, ada patung dua anak pake engrang.
Kalau itu asal mana ya. Mungkin menarik riwayatnya.
Aku baru baca lagi dan mau komen lagi. Kalau lomba makan kue pake kue lembut begitu, misalnya kuenya ancur dan sebagian kebuang apakah akan didiskualifikasi? Lebih enak pakai kerupuk memang ya sepertinya. Orang Indonesia lebih kreatif dalam mengadaptasi lomba-lomba ini. Hehehe…
Waaah keren teh baru tahuu, dikirain emang asli Indonesia aja gitu lombanya wkwkk. Terus lomba makan kue gak kebayang kalau ancur, plus kenyang pula hahaha.
Engga kebayang kalau balap karung masih dilombakan di Olimpiade. Jangan-jangan Indonesia bisa dapet medali emas. Hehe…
Ternyata banyak lomba yang adaptasi ya…Asli Indonesia apa ya?
eh baru tahu ternyata kita mengadopsi (niru) permainan 17 an ini ya hehe..kukira kaya panjat pinang memang asli Indonesia.
Tapi bener, daripada Ontbijtkoek enak kerupuk 😀
Waaaahhh… seru yaaaa….! Baru tahu juga klo ternyata lombanya mirip-mirip 😂😂
Menarik banget, Teh. Berarti dulu orang Belanda bikin lomba-lomba ini dalam rangka Koninginsdag, terus menginspirasi orang Indonesia untuk bikin yang serupa untuk perayaan hari kemerdekaan, ya. Saya nulis artikel tentang klimmast untuk 17 Agustusan kemarin. Eh, ga tahunya lomba-lomba yang lain diadaptasi dari Belanda juga, wkwk..
Kok bisa persis gitu ya Ka DIP, mungkin perayaan raja waktu penjajahan dulu menginspirasi bangsa kita jadi perayaan Kemerdekaan dengan lomba-lomba yang sama