Tradisi Perayaan Tujuh Belas-an

Salam Kemerdekaan!

Tepat di hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-46 ini – 17 Agustus 2021, saya ingin membagikan sedikit cerita tentang perayaan hari Kemerdekaan RI, atau yang biasa kita kenal dengan istilah perayaan 17-an.

17 Agustus merupakan momen yang berkesan untuk saya di masa kecil. Beberapa dekade lalu (iya, saya sudah tua, hehehe), saya dan kedua abang saya cukup aktif untuk ikut perlombaan tujuh belasan yang diadakan di RT, RW atau kelurahan di tempat tinggal kami.

17an tahun 1985 di lapangan depan rumah orangtua saya.

Bendera merah putih dikibarkan beberapa hari sebelum tanggal 17 Agustus. Ayah saya bahkan memasang lampu warna-warni di sepanjang atap teras kami untuk membuat suasana lebih berseri. Berbagai lomba diadakan, dan pemenang dari lomba di lingkup RT akan dimajukan untuk berlomba di lingkup RW, dan finalnya sampai ke lomba tingkat kelurahan.

Lomba 17-an ini meliputi perlombaan anak-anak seperti lomba makan kerupuk, memasukkan paku ke botol, berjalan dengan kelereng di sendok, memasukkan benang ke jarum – sampai perlombaan olahraga seperti bulutangkis dan catur. Dan yang paling seru? Panjat pinang!

Puncaknya adalah perayaan 17-an di kelurahan. Panggung dihias meriah dan kursi-kursi disusun untuk menampung penduduk di balai kelurahan. Pertunjukkan yang diadakan dari persembahan warga seperti bernyanyi, menari atau membaca puisi. Puncaknya adalah pengumuman pemenang lomba 17-an.

Meskipun sudah lama berlalu, masih teringat bahwa kami boleh berjalan sendiri ke balai pertemuan tanpa orangtua. Ada banyak warga berkumpul di sana. Suasana sangat meriah dan kami boleh tetap ikut acara sampai malam hari. Sungguh kenangan yang sangat menyenangkan.

Sewaktu saya bertumbuh dewasa, entah bagaimana saya tidak terlalu mengikuti lagi perayaan 17-an ini. Ada rasanya masa di mana 17-an tidak lagi dengan meriah dirayakan di lingkungan kami. Atau di masa saya merantau untuk kuliah dan merasa canggung untuk bergabung dengan warga sekitar di tempat saya kost.

Berpuluh purnama kemudian, hidup membawa saya untuk tinggal di negeri orang. Perayaan 17-an menjadi semakin pudar. Tidak ada lomba, tidak ada perayaan. Ada juga upacara dan sedikit perayaan di KBRI. Tetapi selalu ada alasan untuk tidak bisa datang ke sana dan menghadiri. Semua kenangan akan lomba 17-an hilang, mengendap di dasar memori saya.

Sampai anak-anak kami mulai masuk sekolah, dan mereka mulai ikut acara perayaan Koningsdag (hari ulang tahun Raja). Di situ saya terkejut karena melihat banyak kemiripan di antara perayaan 17-an dengan perayaan Koningsdag di Belanda.

Well, tentu saja ini topik yang sedikit sensitif. Tetapi lepas dari masalah politik masa lalu dimana Belanda menjajah Indonesia, saya mau berbagi sedikit tentang permainan di Koningsdag yang mirip dengan permainan dan perlombaan 17-an.

Spijkerpoepen

Di Indonesia ini adalah permainan memasukkan paku ke botol. Saya kurang tahu apa namanya hehehe. Tapi di Belanda ini namanya spijkerpoepen – yang artinya pup (BAB) paku 😀 😀

Spijkerpoepen. Di Indonesia mah kita pakai botol teh botol. Di sini botol wine 😀 (Image courtesy: doenkids.nl)

Koekhappen

Kalau di Indonesia ini namanya lomba makan kerupuk. Di Belanda mereka tidak menggunakan kerupuk tapi onbijtkoek – semacam cake yang biasa dimakan di saat sarapan, dengan rasa penuh rempah pala, kayu manis dan lain-lain. Koekhappen artinya adalah makan kue.

Tangannya gak boleh ikut kerja ya! (Image courtesy: spelactief.nl)
Ontbijtkoek alias kue sarapan. Lebih enak kalau lomba pakai kerupuk! (Image courtesy: lekkergezond.nl)

Permainan ini bahkan dimainkan oleh keluarga kerajaan. Meskipun beritanya, mulai tahun 2015 sang raja Willem-Alexander tidak boleh lagi ikut perlombaan ini.

Momen terakhir Raja Willem-Alexander boleh ikut lomba makan kue. Biar makin susah ditutup matanya. (Image courtesy: wur.nl)

Zaklopen

Alias balap karung. Zak artinya kantong, lopen itu artinya berjalan/berlari. Sama seperti lomba lainnya, zaklopen juga merupakan tradisi yang sudah beratus tahun umurnya. Diberitakan bahwa sebenarnya balap karung ini termasuk salah satu caban olahraga Olimpiade di tahun 1904 di Amerika.

Balap karung di masa lalu. (Image courtesy: plusonline.nl)
Balap karung jaman now. (Image courtesy: kern-kinderopvang.nl)

Ei en lepel

Telur dan sendok, begitulah terjemahannya. Permainan ini adalah variasi dari lomba kelereng di sendok di Indonesia. Biasanya ei en lepel ini lebih sering dimainkan di hari Paskah, dan dimainkan oleh anak-anak balita. Tetapi telur juga bisa digantikan dengan kelereng untuk anak yang berusia lebih besar.

Kalau masih kecil pakai telur dulu biar gak ketelen. Hehehe. (Image courtesy: kinderknalfeest.nl)
Kalau sudah besar boleh pakai kelereng. (Image courtesy: westhoekverbeeldt.be)

Mastklimmen

Di Indonesia namanya panjat pinang. Di Belanda namanya panjat tiang – mast artinya tiang di kapal layar. Sebuah olahraga yang dijadikan permainan. Permainan ini sudah dicatat dalam perayaan beberapa ratus tahun yang lalu. Mungkin ada hubungannya dengan fakta bahwa Belanda cukup kuat di bidang pelayaran dan orang-orangnya banyak yang handal memanjat tiang layar di kapal.

Permainan ini tidak umum lagi ditemui di sini di dalam perayaan Koningsdag. Permainan panjat tiang ini lebih sering diadakan sebagai sebuah festival khusus memanjat tiang.

Hadiahnya lebih seru di Indonesia ya.. bisa dapat TV segala. (Image courtesy: wikipedia.nl)

Penutup

Tentunya beberapa kemiripan di antara perlombaan Koningsdag di Belanda dengan perayaan 17-an di Indonesia terjadi karena dua negara ini berbagi sebuah sejarah dalam kurun waktu yang sangat lama. Meskipun menemukan lomba yang mirip di sini, tetap saja rasanya rindu terbang ke masa lalu dimana bisa berkumpul dengan keluarga dan teman-teman dan merayakan hari kemerdekaan bersama.

Sungguh besar rasa syukur yang saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa bahwa negara kita sekarang boleh bebas berdiri sebagai bangsa yang merdeka. Lepas dari penjajahan bangsa lain yang ingin berkuasa atas kita.

Semoga kita pun sebagai warga di jaman kemerdekaan ini bisa menjadi warga yang membebaskan sesamanya dari segala bentuk penjajahan.

Dirgahayu Indonesiaku!

Catatan tambahan

Tulisan ini dipersembakan untuk mengisi tantangan menulis mingguan KLIP periode 16 – 22 Agustus 2021 dengan tema: “Rayakan Kemerdekaan“.

12 Thoughts on “Tradisi Perayaan Tujuh Belas-an

    1. Hahaha…kok tau2 bisa sampe sini.. dari mana dapat linknya??🤩 iyaaa ingat tadi pas lagi liat Fb lagi. Tentu bangga dong surbanians kan nasionalis.. pa kabar Puch?

  1. Aku baru baca lagi dan mau komen lagi. Kalau lomba makan kue pake kue lembut begitu, misalnya kuenya ancur dan sebagian kebuang apakah akan didiskualifikasi? Lebih enak pakai kerupuk memang ya sepertinya. Orang Indonesia lebih kreatif dalam mengadaptasi lomba-lomba ini. Hehehe…

  2. Engga kebayang kalau balap karung masih dilombakan di Olimpiade. Jangan-jangan Indonesia bisa dapet medali emas. Hehe…
    Ternyata banyak lomba yang adaptasi ya…Asli Indonesia apa ya?

  3. eh baru tahu ternyata kita mengadopsi (niru) permainan 17 an ini ya hehe..kukira kaya panjat pinang memang asli Indonesia.
    Tapi bener, daripada Ontbijtkoek enak kerupuk 😀

  4. Menarik banget, Teh. Berarti dulu orang Belanda bikin lomba-lomba ini dalam rangka Koninginsdag, terus menginspirasi orang Indonesia untuk bikin yang serupa untuk perayaan hari kemerdekaan, ya. Saya nulis artikel tentang klimmast untuk 17 Agustusan kemarin. Eh, ga tahunya lomba-lomba yang lain diadaptasi dari Belanda juga, wkwk..

  5. Kok bisa persis gitu ya Ka DIP, mungkin perayaan raja waktu penjajahan dulu menginspirasi bangsa kita jadi perayaan Kemerdekaan dengan lomba-lomba yang sama

Leave a Reply to Yulianti Haratulisanah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *