Hampir semua umat beragama yang dihadapkan pada pertanyaan Buku Bacaan apa yang Berpengaruh akan memberikan Kitab Suci agama mereka (masing-masing) sebagai jawabannya.
Menjawab Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog perdana tahun 2023 dengan tema ini, tentu saja saya pun setuju (dalam hati) bahwa Alkitab adalah jawabannya.
Meskipun demikian, kali ini saya lebih ingin bercerita bukan bagaimana Alkitab memberikan pengaruh besar di dalam hidup saya, melainkan bagaimana cara/metode dalam membacanya yang membuat iman dan pandangan hidup saya berubah.
Kelompok membaca Alkitab bersama
Table of Contents
Di awal tahun 2020, saya diundang seorang senior kampus untuk bergabung dalam sebuah whatsapp group. Di WAG ini, kita diajak untuk bersama-sama membaca Alkitab Perjanjian Baru dari Matius (kitab pertama) sampai Wahyu (kitab terakhir).
Setiap harinya kita harus membaca 1 pasal, lalu melapor di WAG dengan pesan: Matius 1 ✅. Di akhir bulan, pengurus WAG akan mendata kemajuan setiap peserta. Ada yang masih harus mengejar ketinggalan 🏃, ada yang sudah OK sesuai jadual 💎.
Di dalam Alkitab Perjanjian Baru sendiri ada 260 pasal, jadi kegiatan ini diadakan selama sekitar 9 bulan, dan bila kita sudah berhasil selesai membaca, kita diberikan ‘sertifikat’ yang bisa bikin hati lumayan berbunga-bunga.💐
Setelah WAG Perjanjian Baru selesai, saya diundang lagi untuk ikut WAG membaca Perjanjian Lama yang berdurasi sekitar 1,5 tahun menggunakan metode yang sama. Dua program baca ini membantu saya berhasil menyelesaikan membaca Alkitab dari awal sampai akhir, Perjanjian Lama kitab Kejadian sampai Perjanjian Baru Kitab Wahyu.
Sistem absen memicu saya untuk terus membaca di hari-hari di mana saya malas, dan adanya pertemuan Zoom sebulan sekali untuk menjelaskan ayat-ayat yang sulit memberikan saya pemahaman dan pengertian yang lebih dalam tentang Firman Tuhan.
Mengerti dan memahami cinta Tuhan
Boleh dibilang saya bukan orang awam di dalam pengetahuan iman Kristen. Dilahirkan dan dibesarkan di dalam sebuah keluarga Kristen, saya tumbuh di dalam keakraban dengan Alkitab. Kami membaca Alkitab bersama di rumah. Kami pergi ke gereja di hari Minggu dan juga aktif di berbagai kegiatan tambahan seperti persekutuan dan Bible Study.
Saya juga berusaha untuk melakukan saat teduh: meluangkan waktu minimal satu kali sehari untuk duduk diam, membaca Alkitab dan merenungkannya lalu berdoa. Jadi saya tidak asing dalam urusan membuka Alkitab. Meskipun jelas belum khatam, tapi saya sudah sangat akrab dengan berpuluh atau bahkan beratus bagian, ayat dan pasal dari Alkitab.
Tapi toh pengalaman membaca dari awal sampai akhir ini memberikan sebuah ‘rasa lain’, sebuah insight dan pengertian yang berbeda dari yang saya miliki selama ini.
Membaca dari awal sampai akhir secara sequential memberikan saya kesempatan untuk membaca ayat-ayat yang selama ini mungkin tidak sempat terbaca karena tidak terlalu ‘terkenal’ dan tidak sering dikhotbahkan. Saya juga menemukan detail-detail kecil yang tidak saya perhatikan sebelumnya yang membuat gambaran saya tentang Allah semakin lengkap.
Saya juga menemukan benang merah antara begitu banyak pasal dan ayat… membaca seluruh ayat dan pasal really completed the big picture, dan semuanya membawa saya kepada satu fakta: betapa Allah mengasihi dunia ini dan ingin menyelamatkan manusia ciptaan-Nya dari kehidupan yang sudah rusak oleh dosa.
That’s it. Beribu ayat dan berpuluh pasal, yang enak didengar atau yang kontroversial, yang gampang dicerna atau yang membuat kita butuh bantuan untuk mengertinya – semuanya itu membawa saya pada satu tujuan, one ultimate goal of God: He wants to save us because He loves us so much.
Pengertian yang benar dan aman
Sama seperti urusan membaca buku dan menonton video, kalau kita tidak menyelesaikan seluruh buku/filmnya, jangan-jangan kita bisa secara tidak sengaja meng-quote sesuatu untuk lalu menggunakannya dengan pengertian yang salah.
Ada banyak buku yang mengandung kalimat-kalimat yang powerful, yang kalau dijadikan quote kayaknya bakalan motivating banget. Tapi kalau kita membaca bukunya secara keseluruhan, kita bisa menilai sebenarnya konteks kalimat tersebut berbeda dengan konteks yang kita pikir sebelumnya. Dan value buku tersebut ternyata berlawanan dengan value dan prinsip hidup kita.
Atau kalimat yang di-quote orang dari satu sumber tersebut dan di-share sebagai sesuatu yang negatif padahal kalau dipelajari konteksnya kalimat tersebut tidak salah adanya.
Hal-hal seperti ini membuat saya merasa beruntung bisa sempat ikut komunitas membaca Alkitab bersama ini dan menyelesaikan pembacaannya. Dengan membaca Alkitab secara lengkap, saya bisa lebih bertanggungjawab di dalam mengutip sesuatu.
Saya terlatih untuk mendalami konteks dan juga mencari referensi sebelum saya membagikannya dengan orang lain.
Bertumbuh bersama di dalam iman
Pembacaan Alkitab bersama ini juga sudah membawa saya kepada sebuah komunitas di mana saya bisa belajar bersama tentang Firman Tuhan. Saya berkenalan dengan beberapa orang dan mengikuti Bible Study bersama mereka.
Di rumah, saya juga mengajak keluarga untuk melakukan hal yang sama. Meskipun tidak selalu terlaksana, kami mencoba untuk setiap hari duduk bersama dan membaca satu pasal dari Perjanjian Baru. Kalau pasalnya terlalu panjang, kami membaca setengah pasal lalu melanjutkan setengah lagi di esok hari.
Anak-anak bertanya banyak tentang apa yang mereka baca dan kami berusaha menjawab dan menerangkan… membawa mereka lebih mengenal Tuhan sambil berharap dan berdoa kalau cinta mereka akan Tuhan akan bisa terus bertambah dan akan menjadi bekal yang menguatkan bagi mereka sepanjang hidupnya.
Bukan saja kami belajar bersama, tapi kami pun bertumbuh bersama sebagai keluarga. Kami meluangkan waktu untuk duduk melepaskan diri dari semua gadget 😅 dan kelelahan hidup dan bersama-sama menyaksikan betapa Allah mengasihi kami semua.
Tidak sempurna, tapi terus berusaha
Tentu saja kehidupan iman saya tidak sesempurna gambaran di tulisan ini. Saya tidak setiap hari berhasil mengalokasikan waktu untuk membaca Alkitab, baik pribadi maupun dengan anak-anak. Saya tidak setiap kali membaca dengan tenang. Seringkali saya melakukannya dengan terburu-buru dan tidak diiringi dengan sebuah perenungan. Seringkali saya lupa, malas, merasa terpaksa, menunda, atau bahkan melupakannya sama sekali.
Anak-anak pun tidak selalu antusias duduk dan membaca bersama di meja. Apalagi kalau tadinya sedang main game dan disuruh berhenti. Terkadang si Bungsu mengeluh sepanjang pembacaannya, atau si Sulung membaca sambil mengganggu adiknya. 😅
Membaca Alkitab (dan Kitab Suci atau buku lainnya) secara lengkap merupakan sebuah metode yang ingin saya bagikan melalui tulisan ini. Kami tidak melakukannya dengan sempurna, tapi metode ini sudah memberikan perubahan di dalam kehidupan iman kami dan semoga bisa memberikan kekuatan dan keindahan yang sama untuk teman-teman. ❤
Teh Dea keren banget ini bisa duduk manis bersama anak-anak.
sepakat dengan cara membaca yang baik ini akan memberi kita pemahaman yang lebih mendalam.
salam hangat
Menarik ya, bagaimana membaca dari awal sampai akhir kitab suci itu memang akan memberikan pemahaman yang berbeda. Baru tahu juga kalau hal yang sama terjadi pada kitab suci agama lain. Saat membaca Al Quran pun, saya sempat lebih suka membaca per tema. Tapi ternyata membaca dari awal hingga akhir dengan melekatkan konteks pembahasan dan masa turunnya ayat tersebut, membantu memberikan pemahaman yang lebih baik. Kitab suci memang luar biasa. Itu tidak bisa disejajarkan dengan buku buatan manusia yang lain.
“Saya juga menemukan benang merah antara begitu banyak pasal dan ayat… membaca seluruh ayat dan pasal really completed the big picture, dan semuanya membawa saya kepada satu fakta: betapa Allah mengasihi dunia ini dan ingin menyelamatkan manusia ciptaan-Nya dari kehidupan yang sudah rusak oleh dosa.”
Tuhan Maha Penyayang dan Maha Pengasih. 🙂
***
Ide mengkaji kitab suci bersama dengan anak, seperti yang Mba Dea rutin lakukan, ingin saya terapkan juga Mba. Selama ini baca kitabnya sendiri-sendiri saja ehehe.
***
Makasiiiy banyak ya Mba Dea sudah berbagi. Tulisannya bagusss dan mengena. 🙂
Setuju deh teh Dea..
Melihat quote saja belum tentu sama dengan makna ketika tahu keseluruhan.